Solois pria asal Bandung, Tulus,
menggelar konser tunggal untuk ketigakalinya di Dago Tea House, Kamis
(9/5) lalu. Konser bertajuk “Diorama” ini semakin menunjukkan
eksistensinya sebagai solois pria yang mumpuni di Tanah Air. Pada
gelaran dua konser tunggal sebelumnya, Tulus masih berusaha
memperkenalkan eksistensinya. Setelah kini karirnya kian berkembang,
Konser Diorama pun menunjukkan talentanya selama ini. Terbukti tiket
yang sudah sold-out jauh hari sebelum konser berlangsung.
Pada saat konser belum dimulai, penonton
sudah berduyun-duyun memadati gedung Dago Tea House malam itu. Mereka
segera memadati deretan kursi yang sudah tersusun rapi. Sementara di
luar hujan turun cukup deras sejak sore hari. Meski tengah memasuki
musim pancaroba, namun tampaknya curah hujan masih cukup tinggi di
Bandung. Pada dua tahun lalu, Tulus mulai menancapkan eksistensinya
sebagai solois pria saat menggelar konser di IFI Bandung. Kesuksesan
album pertamanya, self-titled (2011), mengantarkannya memasuki industri
musik Indonesia. Berbagai ulasan dan pujian pun mengiringinya. Tahun
lalu, ia menggelar konser kedua di Gedung Kesenian Jakarta yang
legendaris itu.
Pada konser ketiganya ini, Tulus mulai
mencoba memperkenalkan musiknya kepada khalayak lebih luas. Menurutnya,
konser pertamanya dua tahun silam hanya diperuntukkan sebatas teman
dekat dan keluarga. Namun respons yang diterimanya sungguh luar biasa.
Lagu-lagunya yang bernuansa swing dan soft-jazz mulai menarik minat,
terutama para kaum hawa. Pada Konser Diorama ini, Tulus coba
mempersembahkan karya-karyanya pada orang-orang yang sudah mendukung
karir bernyanyinya selama ini.
Konser dimulai pada pukul sembilan malam
dan dibuka oleh lagu “Merdu Untukmu” lalu dilanjutkan dengan “Teman
Pesta”. Kejutan terjadi saat Tulus menyanyikan lagu “Kampus Kemarau”
milik White Shoes and the Couples Company. Sepanjang konser, Tulus
sering berkomunikasi dengan penonton. Salah satunya, di tengah konser
juga ditampilkan video perjalanan karirnya selama ini.
Saat konser berlangsung, Tulus
memperkenalkan pula orang-orang di balik proses berkaryanya. Ia tak
hanya asyik nyanyi sendiri. Di tengah lagu “Diorama”, misalnya, ia
mempersilakan gitaris Anto Arief untuk menunjukkan kemampuannya bermain
solo gitar. Sayang, sempat ada kesalahan teknis ketika gitar yang
dimainkannya mendadak tak bersuara. Lagu “Diorama” pun kembali diulang.
Gitaris band 70’s Orgasm Club ini tak menyia-nyiakan kesempatan keduanya
kali ini.
Selepas itu, Tulus menyanyikan sebuah
lagu dari musisi legendaris Indonesia Chrisye, “Semusim”. Lagu itu cukup
berhasil dinyanyikan Tulus. Dia juga membawakan beberapa lagu cover
version lainnya antara lain, “Ain’t No Sunshine” karya Bill Withers dan
“Bengawan Solo” ciptaan Gesang. Kedua lagu yang menjadi favoritnya itu
mampu dibawakan sepenuh hati. Lagu “Bengawan Solo” pun begitu syahdu
saat dinyanyikan hanya bertemankan piano dan gesekan biola.
Kemudian Tulus meminta izin turun
panggung untuk mengganti pakaiannya. Ia mempersilakan ketiga vokalis
latarnya untuk bernyanyi menggantikan dirinya. Ketiga vokalis latar itu
pun tak mau kalah. Lagu “Lovely Day” berhasil dilantunkan dengan gaya
dan karakter vokal yang berbeda-beda. Ketiganya terlihat enerjik dan
atraktif dengan porsi vokal yang merata dan harmonis.
Setelah berganti pakaian Tulus kemudian
naik panggung kembali dan secara berturut menyanyikan lagu “Sepatu”,
“Serasa” karya Chrisye, dan “Teman Hidup”. Lagu “Teman Hidup” pun
didedikasikannya pada kedua orang tua dan para fans yang selalu
mendorongnya untuk tetap terus berkarya. Konser ditutup dengan lagu
“Kisah Sebentar” dan “Sewindu” yang menjadi encore.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar